KETULUSAN MENOLONG

Aku membuka surat dari Samporna Foudation, surat ucapan terimakasih atas donasi untuk menjadi orang tua asuh. Aku terdiam dan aku eja nama anak asuhku Johanetius Lamberki kelas 5 SDN 012 Ambon (nama dan sekolah samara). Aku telah meminta anak asuhku adalah dari Aceh dan beragama islam seperti aku, dan SF presentative menyetujui keinginanku sebelum aku menandatangani surat persetujuan yanga akn di debet tiap bulan dari kartu kriditku

Aku menelpon ke nomor Andy, nama SF representative yang menawarkan program ini, nomornya sudah tidak aktif lagi. Aku menelpon ke SF pusat tetap saja susah untuk mengajukan complain mengapa anak asuhku berbeda dengan keinginannku.

Aku makin kesal ternyata SF tidak ada yang membantuku, mungkin mereka sibuk. Esok harinya aku menelpon ke kantor SF lagi, lagi-lagi aku di ping pong  tidak ada yang bertanggung jawab.  Surat SF masih ada di kamarku. Dan membuatku kecewa. Karena aku telah merencanakan suatu saat nanti aku akan bertemu anak asuhku, membelikannya tas, baju dan buku jika dia berada di aceh. Namun semuanya  pudar setelah aku mendapatkan anak asuh yang berbeda dengan keinginanku.

Tiba-tiba aku menginat sahabatku Renata, dia beraga nasrani, dia baik sekali padaku dan dengan senang hati membantuku bila aku punya masalah. Aku juga mengingat sahabat-sahabatku yang beragama lain yang tulus membantuku. Lantas mengapa aku masih memilih-milih memilah-milah untuk menolong orang lain? Untuk berbuat baik? apakah aku tulus menolong orang lain tanpa melihat RAS? Oh tuhan mengapa aku masih memandang  agama seseorang untuk membatu?

“selamat pagi ada yang bisa kamu bantu?” suara di seberang sana terdengar jernih

Aku terdiam dan langsung menutup telpon, aku tidak jadi merubah anak asuhku,  dari suku dan agama apapun aku tetap akan menerima dia sebagai anak asuhku.

Hidup adalah pilihan… apakah kamu masih memilih-milih untuk menolong seseorang? Melihat dari  agama dan sukunya?

Dedicated to anak asuhku